Lompat ke konten
Home » Archives for Oktober 2010

Oktober 2010

Risk and Return : Antara Saham Dengan Emas, Pilih Mana?

Tulisan saya bulan Juli lalu dengan judul “Pilihan Investasi : Saham Atau Emas…?” telah memberikan gambaran perbandingan antara investasi di bursa saham internasional yang direpresentasikan oleh Dow Jones Industrial Average (DJIA) dengan investasi di pasar emas internasional. Lantas timbul banyak pertanyaan atas tulisan tersebut, apakah kondisinya juga demikian untuk pasar lokal ?. Meskipun saya belum sempat melakukan riset sendiri untuk menjawabnya, Alhamdulillah ternyata saya tidak perlu menjawabnya sendiri karena ada pembaca situs ini yang bisa secara ilmiah, objektif dan meyakinkan menjawab pertanyaan tersebut melalui Thesis S-2 Program Studi Magister Akuntansi di perguruan tinggi negeri ternama dan salah satu yang tertua di negeri ini.

Pembaca tersebut adalah Sri Pangestuti yang lulus dengan nilai A untuk thesis S-2 nya yang berjudul “Analisis Return LQ45 Dibandingkan Return Emas dan faktor-Faktor Yang mempengaruhi Return LQ45 dan Return Emas Selama Periode 1995 – 2010 ”.  Untuk keperluan penelitian ini, Sri  Pangestuti menggunakan data sekunder yang antara lain diperoleh dari jurnal Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, data pasar modal Indonesia dari Bursa Efek Jakarta dan berbagai sumber lainnya termasuk data dari internet.

Sebagai pembanding emas digunakan data dari  45 saham-saham unggulan atau yang disebut LQ 45 atau juga biasa disebut saham-saham blue chips – yang pada umumnya memberikan imbal hasil yang tinggi. Sri Pengestuti menggunakan berbagai uji statistik yang sangat njlimet untuk bisa meyakinkan para pengujinya – yang tentunya juga sangat menguasai bidangnya masing-masing sebelum akhirnya lulus dengan sempurna (nilai A).

Baca Selengkapnya »Risk and Return : Antara Saham Dengan Emas, Pilih Mana?

Harga Emas : Noise Dari Pertemuan G-20

Ada peristiwa penting yang terjadi Sabtu lalu (23/10/2010)  yang untuk sesaat mungkin akan berpengaruh pada harga emas dunia. Peristiwa tersebut adalah pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara-negara kelompok G-20 di Gyeongju – Korea Selatan. Hasil pertemuan ini intinya adalah para otoritas keuangan dari negara-negara yang me-representasikan 85% kekuatan ekonomi dunia tersebut – menyepakati untuk tidak melemahkan mata uang masing-masing atau perang kurs.

Bila kesepakatan ini bener-bener tulus dan pasar percaya akan keseriusan para pemimpin ekonomi dunia tersebut, maka seharusnya – minimal untuk sementara harga emas akan turun. Pertama karena meredanya kekawatiran nilai tukar Dolar akan turun secara drastis, dan kedua kebutuhan emas untuk safe haven menurun ketika ketidak pastian ekonomi berkurang.

Baca Selengkapnya »Harga Emas : Noise Dari Pertemuan G-20

Akhir Currency War: Antara Resi Bisma dan Dewi Srikandi?

Di malam menjelang perang Baratayudha terjadi, pasukan-pasukan dari pendukung Pandawa maupun Kurawa berkumpul di padang Kurusetra.  Sebenarnya tidak semua orang ingin berperang, hati mereka bergetar dan bertanya-tanya mengapa perang harus terjadi ?. Resi Bisma yang dihormati oleh kedua belah pihak-pun sebenarnya berusaha mencegah perang, dia berusaha membagi tanah Astina dengan adil agar tidak terjadi perang – namun usulan agar Indraprasta dikembalikan ke Pendawa ditolak oleh Kurawa – maka demikianlah cerita perang Baratayudha tersebut dimulai.

Membaca berita-berita financial dunia akhir-akhir ini mengingatkan saya pada cerita tentang perang Baratayudha tersebut diatas yang dahulu suka saya baca sewaktu sekolah. Banyak sekali kemiripannya, bahkan suasana malam di Kurusetra menjelang peperangan tersebut seolah kini hadir dengan ‘Kurusetra’-nya berupa seluruh wilayah bumi.

Pidato gubernur bank sentral Inggris dihadapan para pengusaha menjelang keberangkatannya ke pertemuan para menteri keuangan G 20 akhir pekan ini misalnya mirip dengan kegundahan hati prajurit yang hadir di Kurusetra. Kepada para pebisnis yang berkumpul dia menyampaikan dampak dari currency warsetiap negara akan menderita kehancuran sebagai konsekwensinya…”.

Lantas siapa yang menjadi Resi Bisma ?, saya melihat Dollar paling pas dengan lakon Resi Bisma ini. Dia dihormati (baca : digunakan) oleh seluruh negara, tetapi ketika perang Baratayudha pecah dia menjadi panglima perang Kurawa. Meskipun sudah tua, dia sempat membuat prajurit Pendawa kucar-kacir. Ini mirip dengan kondisi negara-negara di dunia yang saat ini diombang-ambingkan oleh permainan nilai Dollar.

Baca Selengkapnya »Akhir Currency War: Antara Resi Bisma dan Dewi Srikandi?

Gaji Dalam Dinar, Mengapa Tidak?

Bagi Anda yang berpenghasilan US$ namun pengeluaran dalam Rupiah, setahun terakhir Anda mungkin merasakan uang Anda lebih cepat habis karena biaya hidup yang bertambah mahal. Hal ini adalah karena penghasilan Anda dalam US$ bila dikonversikan ke Rupiah setahun terakhir mengalami penurunan sekitar sekitar 5 % dari US$ 1 = Rp 9,450 (oct’ 09) ke US$ 1 = Rp 8,940 (oct’ 10). Tetapi bagi kita yang berpenghasilan Rupiah dan pengeluaran juga dalam Rupiah, mengapa biaya hidup juga tetap bertambah berat ?.

Inilah efek dari pengukuran relatif.  Bila Anda mengemudi kendaraan mundur, kemudian disamping Anda ada mobil lain yang juga mundur dengan kecepatan lebih tinggi – maka mobil Anda terasa relatif berjalan maju ketimbang mobil lain yang mundur lebih cepat tersebut. Inilah yang terjadi mengapa para ekonom sekalipun, saat ini mengira bahwa Rupiah sedang menguat – tidak ada yang mengatakan melemah – dalam setahun terakhir karena acuannya selalu US$ – yang lagi melaju mundur dengan kecepatan lebih tinggi.

Untuk mengetahui kearah mana mobil Anda berjalan, tidak bisa membandingkannya dengan arah mobil lain yang juga sedang berjalan. Anda harus melihat ke-arah pohon, bangunan atau benda lain yang tidak bergerak, baru Anda tahu apakah mobil Anda sedang berjalan mundur atau maju.

Dalam hal mata uang seharusnya melemah atau menguatnya tidak diukur relatif terhadap mata uang lain, tetapi diukur dari daya belinya terhadap benda riil yang kita butuhkan. Ketika Rupiah saat ini dikatakan menguat sekitar 5 %, ternyata Indek Harga Konsumen (IHK) menunjukkan kenaikan sampai 5.8 % (year on year sept’09 – Sept’10 ).

Baca Selengkapnya »Gaji Dalam Dinar, Mengapa Tidak?

Malcare WordPress Security