Lompat ke konten
Home » Ini Bukan Perang Kita, Mengapa Kita Harus Jadi Korban?

Ini Bukan Perang Kita, Mengapa Kita Harus Jadi Korban?

Dari sejarah kita tahu, yang berperan men-trigger Perang Dunia II (PD II) adalah serangan kolosal 353 pesawat-pesawat tempur Jepang ke pangkalan angkatan laut Amerika di Pearl Harbor, Hawaii pagi hari 7 Desember 1941. Setelah serangan ini, esuk harinya Amerika secara resmi mengumumkan perang terhadap Jepang yang kemudian menjadi awal dari rangkaian PD II. Bisa jadi Jepang juga akan men-trigger ‘Perang Dunia III’ lagi,  tetapi kali ini tidak dengan serangan militer, tetapi dengan intervensi finansial.

Gejala-gejala ‘perang’ di dunia financial ini pernah saya ingatkan melalui tulisan tanggal 24 Agustus 2010, saat itu harga emas dunia masih berada di angka US$ 1,226/Oz. Kini tidak sampai enam minggu kemudian harga emas berada di kisaran US$ 1,348/Oz  atau naik hampir 10%. Harga ini berkemungkinan terus naik karena ‘perang’ baru saja dimulai.

Adalah Jepang yang memulainya secara terbuka melalui menteri keuangannya Yoshihiko Noda yang baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan melakukan decisive stepstermasuk intervention bila perlu terhadap foreign exchange market. Karena intervensi ini tidak dilakukan Jepang dalam enam tahun terakhir, maka tidak heran bank-bank central lainnya tentu mulai pasang kuda-kuda terhadap deklarasi terbuka dari Jepang ini.

Diantara negara-negara yang akan terkena ‘serangan’ Jepang ini langsung maupun tidak langsung, ada yang meresponsenya dengan diam-diam seperti yang dilakukan Swiss Nation Bank dengan membeli milyaran Euro agar nilai tukar Swiss Franc terhadap Euro rendah – agar ekonominya tetap kompetitif. Ada pula yang mulai mengangkatnya menjadi issue serius dan provokasi terbuka seperti yang dilakukan China dan Amerika.

Apa dampak dari perang terbuka di dunia financial ini bagi kehidupan (ekonomi) kita ?. Saat ini pasar uang dunia nilainya sekitar US$ 4 trilyun per hari , sedangkan nilai kapialisasi stock market di seluruh dunia totalnya sekitar US$ 36 trilyun. Artinya bila seluruh nilai saham yang diperdagangkan di dunia dikumpulkan jadi satu, ini hanya setara dengan 9 hari perdagangan di pasar uang.

Nah sekarang pasar uang yang juga merupakan pasar terbesar di dunia tersebut rame-rame di intervensi oleh berbagai kekuatan besar yaitu bank-bank central masing-masing negara dengan saling menurunkan daya beli uangnya agar lebih competitive ekonominya satu sama lain,  maka bisa dibayangkan dampak kerusakan yang bisa ditimbulkannya.

Dalam skala sangat mikro saja, persaingan antar tukang cukur yang pernah saya tulis dalam tulisan saya hampir setahun lalu berakibat konyol pada para pelakunya – apa jadinya bila hal ini dilakukan oleh para pengelola mata uang fiat dunia.

Namun kekonyolan ini tidak akan nampak bila kacamata yang kita gunakan adalah sesama uang fiat. Ketika uang fiat-uang fiat tersebut tenggelam bersama – maka hanya kacamata emas/Dinar yang bisa melihat bahwa uang fiat sedang tenggelam.  Hari-hari ini misalnya kita melihat harga emas melejit dan sempat diperdagangkan diatas US$ 1,350/Oz semalam, tetapi sejatinya bila dilihat dengan timbangan emas – bukan harga emas-nya yang naik – tetapi mata uang US$ (dan juga mata uang fiat lainnya) yang sedang tenggelam.

Baca Selanjutnya
Dinar Sebagai Yardstick Kemakmuran dan Perencanaan Keuangan

Bersamaan dengan tenggelamnya daya beli uang fiat, seluruh asset kita yang dinilai dalam denominasi mata uang fiat ikut pula tenggelam. Asset-asset  ini (baik dalam US$ , Rupiah maupun mata uang kertas lainnya) bisa berupa dana pensiun, nilai asuransi, nilai saham, deposito, reksadana, tabungan dan berbagai asset lain yang tidak bersifat intrinsik.

‘PD III’ di dunia finansial tersebut akan menghancurkan asset finansial kita semua, tetapi insyaAllah tidak akan menyentuh asset-asset fisik seperti rumah, tanah, kebun, ternak, pabrik dlsb. dan tentu juga tidak menyentuh emas/Dinar dan perak/Dirham Anda.

Lantas bagaimana agar kita tidak menjadi korban ‘PD III’ tersebut diatas ?, pertahankan seminimum mungkin asset yang bersifat finansial semata – sebatas seperlunya, selebihnya amankan dalam bentuk asset atau investasi sektor riil yang nilainya ditentukan oleh intrinsik-nya, asset yang nilainya tidak bisa menjadi target dalam peperangan finansial yang nampaknya telah dimulai.

Kita tidak perlu terlibat dalam perang global di dunia finansial ini, dan tentu saja kita tidak mau menjadi korbannya. InsyaAllah.

Malcare WordPress Security