Lompat ke konten
Home » Archives for Mei 2011

Mei 2011

Setelah Kelantan (Malaysia) dan Utah (Amerika), Bagaimana Dengan Kita?

Dinar Dirham Kelantan, MalaysiaEntah siapa yang lebih pinter dan lebih berpikiran maju di era tidak berdayanya mata uang kertas dalam menghadapi krisis financial global yang masih segar di ingatan kita, tetapi ada tiga peristiwa penting yang bisa jadi pelajaran kita yang  terjadi dalam setahun terakhir ini dalam hal mata uang dunia. Di Indonesia pekan lalu tanggal 24 Mei 2011, di Komisi XI DPR RI seluruh fraksi menyetujui RUU Mata Uang untuk selanjutnya dibawa ke rapat Paripurna untuk mendapatkan pengesahan. Di Amerika Serikat, salah satu negara bagiannya yaitu Utah dua bulan sebelumnya tepatnya  tanggal 25 Maret 2011 – Gubernur negara bagian itu secara resmi menanda tangani apa yang disebut Utah Legal Tender Act, yang intinya mengakui koin emas dan perak sebagai salah satu uang resmi yang bisa di gunakan di negara bagian itu.

Utah sebenarnya bukan negara bagian yang pertama yang secara resmi mengakui koin emas dan perak sebagai uangnya, di negeri tetangga kita negara bagian Kelantan – Malaysia sudah mendahuluinya hampir satu tahun lalu untuk secara resmi menggunakan koin emas Dinar dan koin perak Dirham sebagai uang di negara bagiannya.

Yang bisa menjadi pelajaran menarik adalah alasan di belakang kerja keras melawan arus yang dilakukan oleh para legislator yang berhasil meng-goal-kan koin emas dan perak tersebut sebagai uang resminya. Mengapa mereka sampai mau bersusah payah ‘melawan’ negara federal yang hanya mengakui uang kertas-nya sebagai uang resmi dengan meng-goal-kan koin emas dan perak juga sebagai uang resmi ?

Baca Selengkapnya »Setelah Kelantan (Malaysia) dan Utah (Amerika), Bagaimana Dengan Kita?

Antara Minyak, Emas dan Perang

Oil Rig explosion www.batamdinar.comSeolah ada semacam rule of thumb yang diambil oleh negara-negara kuat di dunia terkait dengan perang atau kekacauan di belahan dunia lain. Bila perang atau kekacauan tersebut berpengaruh terhadap supply minyak yang mereka butuhkan – maka mereka akan bergegas nimbrung dalam perang atau kekacauan tersebut untuk melindungi kepentingannya atau untuk mengail di air keruh. Sebaliknya bila perang atau kekacauan itu tidak berdampak pada supply minyak yang mereka butuhkan – maka mereka akan acuhkan.

Sinyalemen tersebut diatas dapat kita lihat dengan jelas pada apa yang dilakukan Amerika misalnya terhadap krisis-krisis di dunia dalam dua dasawarsa terakhir ini.  Krisis di Syria yang sudah membuat sekitar seribu orang terbunuh, mereka acuh tak acuh. Demikian juga dengan krisis di Yaman – mereka tidak hiraukan. Mengapa mereka cuek terhadap Syria dan Yaman ?. Karena Syria hanya berkontribusi sekitar 0.48% dari produksi minyak dunia, sedangkan Yaman malah lebih sedikit lagi yaitu hanya sekitar 0.34% dari produksi minyak dunia.

Hal ini jelas sangat berbeda misalnya dengan perlakuan mereka terhadap Kuwait, Iraq dan terakhir Libya. Kuwait memiliki kontribusi produksi sebesar 2.96% dari produksi minyak dunia, Iraq berkontribusi sebesar 2.85% dan Libya berkontribusi sebesar 2.12 %. Indonesia tidak sebesar negara-negara ini, tetapi masih diatas satu persen atau tepatnya 1.21% – jadi sangat bisa jadi mereka juga masih punya interest atas segala bentuk kejadian di negeri ini.

Karena minyak menjadi perhatian utama dalam setiap perang – dan orang kawatir akan kelangsungan supply-nya, maka harga minyak-pun langsung terdongkrak naik pada setiap ada kekacauan. Krisis-krisis di Arab sejak awal tahun ini misalnya berpengaruh significant pada harga minyak mentah dunia. Grafik dibawah menunjukkan hal ini.

Oil Trend 2011 www.batamdinar.com
Oil Price Trend 2011

Baca Selengkapnya »Antara Minyak, Emas dan Perang

Dinar & Dirham : Risk and Return

Dinar DirhamDinar dan Dirham adalah ibarat sejoli yang hidup berdampingan dalam system mata uang Islam. Bila di situs ini tulisan saya selama ini masih lebih fokus ke Dinar – ini adalah karena Dinar lebih praktis pengelolaannya,  lebih rendah risikonya dan juga lebih rendah komponen biaya cetak untuk pengadaannya. Namun seiring dengan permintaan Dirham yang mulai juga tumbuh, insyaAllah kamipun akan meresponse permintaan tersebut secara memadai dalam waktu dekat. Sama dengan Dinar kami yang sekarang dicetak oleh LM-Antam dan PERURI, Dirham kamipun selain dicetak oleh LM-Antam seperti yang terjadi selama ini – juga akan dicetak oleh PERURI untuk menambah pilihan yang ada di masyarakat dan juga menambah supply.

Dibandingkan dengan Dinar yang sudah dikenal luas lebih dahulu oleh masyarakat, setidaknya tiga masalah tersebut diatas yaitu kepraktisan, risiko dan biaya cetak perlu dipahami juga oleh masyarakat sebelum Dirham ini juga digunakan secara luas sebagaimana Dinar.

Pertama adalah dari sisi kepraktisan, specific grafity emas adalah 19,320 kg/m3 sedangkan perak memiliki specific grafity 10,490 kg/m2; maka di bank-bank yang menyediakan safe deposit box (SDB) ukuran kecil dengan dimensi 12.5 cm x 12.5 cm x 60 cm akan dapat menyimpan emas (asumsinya tanpa pembungkus apapun) sekitar 181 kg, sedangkan untuk menyimpan perak hanya cukup untuk sekitar 98 kg.

Dengan tingkat harga saat ini Rp 420,000/gram untuk emas dan Rp 9,500/gram untuk perak, maka safe deposit box kecil tersebut cukup untuk menyimpan emas senilai sekitar Rp 76 Milyar, sedangkan untuk perak hanya cukup untuk menyimpan sekitar Rp 930 juta. Artinya dari sisi pengelola seperti Gerai Dinar , untuk mengelola Dirham dengan nilai yang sama dengan Dinar  akan memerlukan ruang penyimpanan yang besarnya kurang lebih 82 kalinya.

Baca Selengkapnya »Dinar & Dirham : Risk and Return

Devisaku Tabunganku

Harian Kompas kemarin (12/05/11) memberikan kabar baik bagi perekonomian Indonesia dengan mengutip pernyataan Gubernur BI bahwa “Neraca pembayaran kita tetap sehat dan surplusnya selalu besar dua tahun ini”. Bahkan cadangan devisa kita telah meningkat lebih dari 100 % dari  US$ 56.92 Milyar (2007) menjadi US$ 115.8 Milyar (Mei, 2011). Cadangan devisa ini seperti hasil kerja keras kita , sebagian kita konsumsi – kelebihannya kita taruh di tabungan untuk kebutuhan sewaktu-waktu. Kalau tabungan kita banyak, maka kita siap menghadapi berbagai keperluan mendadak. Demikian pula dengan cadangan devisa negara, bila cadangan devisa kita naik mestinya daya tahan ekonomi kita juga membaik.

Tidak ada yang salah dengan kenaikan cadangan devisa tersebut dan kita semua tentu gembira dengan kabar baik semacam ini yang jarang-jarang kita terima. Hanya saja kita juga harus sadar bahwa kenaikan cadangan devisa tersebut adalah diukur dengan nilai mata uang US$ yang kinerjanya runyam dalam dua tahun terakhir.

Untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari kekuatan cadangan devisa yang kita miliki, akan lebih objektif  bila kita mengukurnya dengan daya beli riil dari ‘tabungan’ devisa kita tersebut. Lantas dengan apa kita mengukurnya ?, bisa dengan harga beras, harga gandum, harga minyak dlsb. Saya sendiri cenderung menggunakan harga emas untuk mengukur kekuatan devisa atau tabungan kita tersebut karena tiga alasan.

Baca Selengkapnya »Devisaku Tabunganku

Malcare WordPress Security