Lompat ke konten
Home » Dinaria Episode 011 : Generasi Asset Bukan Generasi Liability

Dinaria Episode 011 : Generasi Asset Bukan Generasi Liability

Salah satu tantangan terbesar bagi pemimpin Dinaria adalah bagaimana me-restorasi generasi yang telah dirusak oleh peradaban sebelumnya. Peradaban sebelumnya ini dicirikan oleh banyaknya ilmu sedikitnya amal, sumber daya melimpah tetapi mayoritas penduduk negeri justru miskin, konsentrasi kemakmuran ke segelintir orang, pemimpin a la demokrasi yang lalai memperhatikan kepentingan rakyat serta krisis pemenuhan kebutuhan pokok berupa makanan, air dan energi.

Sang Pemimpin melihat semua masalah ini saling terkait satu sama lain, maka solusinya-pun harus integratif meng-address seluruh masalah secara sekaligus – bukan masalah ayam dan telur yang mana yang lebih dahulu harus diatasi.

Ketika orang mengejar ilmu tetapi tidak menjadi dasar amal, budaya yang terbangun adalah budaya perdebatan, budaya wacana dan budaya akan ini dan itu. Maka Sang pemimpin mulai merintis program aplikasi amal dari ilmu yang sudah ada di masyarakat, dan selanjutnya program-program pendidikan bagi para penuntut ilmu lebih difokuskan untuk pembelajaran ilmu yang akan menjadi dasar amal.

Tidak kurang luasnya ilmu yang sudah ada di masyarakat untuk mengelola sumber-sumber kekayaan alam yang melimpah misalnya, maka dengan meng-amal-kan ilmu-ilmu mereka ini kemiskinan akan terkikis.

Masyarakat sebenarnya sudah lama tahu bahwa sumber-sumber kekayaan alam itu harus dikelola untuk kemakmuran rakyat dan bagaimana mengelola yang seharusnya, tetapi system kapitalisme telah mengkooptasi kekayaan alam tersebut sehingga tidak terjamah oleh rakyat. Maka Sang Pemimpin bukan mengambil begitu saja kendali sumber-sumber kekayaan alam dari tangan kapitalisme dengan nasionalisasi atau sejenisnya, tetapi melibatkan rakyat untuk membeli kembali kekayaan alam mereka.

Dana-dana rakyat yang selama ini menumpuk di bank-bank tanpa rakyat tahu siapa yang menggunakan dana mereka dan untuk apa, maka Sang Pemimpin mengubah tabungan masyarakat ini menjadi Asset-Based Investment atau investasi berbasis asset.

Setiap investasi atau tabungan masyarakat, terkait langsung dengan asset-asset tertentu yang mereka bisa memilih sendiri diinvestasikan ke asset yang mana dana mereka ini – rakyat bisa memilih siapa yang memutar dana investasinya dan untuk apa. Melalui cara ini tidak ada lagi sumber daya alam negeri yang tergantung pada investasi dari segelintir orang golongan tertentu atau investasi dari luar negeri Dinaria.

Melalui cara ini pula, sumber daya alam secara elegan bisa pindah kembali ke tangan rakyat – tinggal kemudian para professional mengelolanya untuk sebesar-besarnya manfaat bagi para stakeholder mereka yaitu rakyat itu sendiri. Karena pemegang kendali pengelolaan sumber daya alam  bervisi untuk semaksimal mungkin manfaat bagi rakyat, maka tinggal memformulasikan apa yang paling dibutuhkan oleh rakyat ini.

Kepentingan rakyat terbesar adalah terjaganya kebutuhan pokok mereka untuk hidup, terjaganya keyakinan mereka, kehormatan mereka, terjaganya kemerdekaan pemikiran mereka, terjaganya keturunan mereka dan tentu juga terjaganya jiwa dan harta mereka. Maka inilah visi pengelolaan sumber daya alam Dinaria itu.

Ketika rakyat terjaga kebutuhan pokoknya untuk hidup, maka penduduk Dinaria tidak perlu merendahkan diri mengorbankan kehormatan dan kadang keyakinan mereka hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

Ketika kebutuhan pokok, keyakinan dan kehormatan terjaga, maka mereka hidup dengan pemikiran yang merdeka. Pemikiran yang merdeka ditunjang oleh keamanan jiwa dan harta rakyat, akan mampu melahirkan generasi demi generasi yang meningkat kwalitasnya.

Baca Selanjutnya
Dinaria Episode 009 : Memimpin Melalui Contoh

Generasi yang terus meningkat kwalitasnya akan mampu mengatasi tantangan jaman yang mereka hadapi. Penduduk Dinaria bisa terus meningkat jumlahnya di tengah sumber daya alam yang terbatas, tetapi karena mereka mampu meningkatkan produktifitas-nya – keterbatasan sumber daya alam tidak lagi menjadi  kendala.

Bukan banyak atau sedikitnya penduduk yang menentukan kemakmuran suatu negeri, tetapi adalah kwalitas penduduk itu sendiri. Biar manusia itu sedikit jumlahnya, bila kwalitasnya rendah maka mereka adalah liability – yang sedikit yang baik. Sebaliknya manusia sebanyak apapun , bila kwalitasnya tinggi – mereka adalah asset – maka yang banyak yang lebih baik.

Atas dasar ini di negeri Dinaria tidak dikenal pembatasan jumlah penduduk, yang ada adalah upaya terus menerus untuk meningkatkan kwalitas penduduk itu sendiri. Sejauh yang lahir adalah generasi asset, maka sebanyak apapun mereka hanya akan menambah kemakmuran negeri Dinaria itu sendiri.

Tetapi sumber pangan, air dan energi kan terbatas ? mesti juga ada batasan maksimal penggunaannya ? betul batasan itu mungkin saja ada, tetapi Sang Pencipta-lah Yang Maha Tahu di mana batas itu berada. Yang jelas Dia – Sang Pencipta menyediakan cukup rezeki bagi seluruh makhluk ciptaanNya, maka tugas para makhluk ini untuk meng-eksplorasi rezeki dengan seluruh ilmu yang menjadi dasar amal tersebut di atas.

Bahan pangan misalnya, ketika yang satu habis atau tidak lagi mencukupi – dengan ilmu dan amal akan dihasilkan bahan-bahan pangan yang baru. Energi juga demikian, ketika bentuk energy yang satu habis – ilmu dan amal akan melahirkan energy baru untuk menggantikan bentuk energy sebelumnya.

Air yang jumlahnya di seluruh bumi tetap, dan kebutuhan air tidak ada substitusinya –pun tetap bisa diatasi bila penduduk negeri menggunakan ilmu-nya untuk menjadi landasan amal bagi solusi permasalahan yang ada.

Ilmu dan teknologi baru bisa terus disempurnakan untuk konservasi air yang efektif dan efisien sehingga air hujan kapanpun bisa tersimpan secara cukup di bumi-bumi yang subur. Recycling technology yang semakin maju akan membuat air sisa kembali bisa digunakan secara baik untuk berbagai keperluan lainnya. Teknologi desalinasi yang semakin murah dan efisien akan bisa mengubah air laut menjadi air tawar dalam jumlah yang mencukupi.

Pangan, air dan energy adalah barang langka pada peradaban sebelumnya karena selain sedikitnya ilmu yang diimplemantasikan menjadi amal, juga karena akses pengelolaannya yang tidak adil. Penduduk yang sedikit menguasai sumber daya yang sangat banyak, sedangkan penduduk yang sangat banyak nyaris tidak memiliki akses terhadap sumber daya yang ada.

Walhasil kunci dari semua itu ada pada kwalitas manusia itu sendiri utamanya dari sisi ilmu, amal dan keadilan system hukumnya. Maka dari sinilah Sang Pemimpin membangun negeri Dinaria dengan visi untuk bisa eksis sampai menjelang akhir jaman – ketika saat itu kemakmuran melimpah dan bahkan bumi arab yang gersang-pun kembali menjadi hijau. Sang Pemimpin memulainya dengan me-restorasi generasi untuk mengembalikannya menjadi generasi asset dan bukan generasi liability !

Malcare WordPress Security