Lompat ke konten
Home » devisa

devisa

Banyak Emas Tetapi (Terancam) Bangkrut, Kok Bisa?

Seolah ada ironi besar pada ekonomi kapitalis yang mendominasi dunia saat ini, yaitu negeri pemegang cadangan emas terbesar dunia (Amerika) yang juga bisa menjadi epicentrum dari gempa financial yang dapat meruntuhkan kapitalisme itu sendiri.  Banyak yang mengira bahwa Amerika yang merupakan negara dengan cadangan emas terbesar di dunia (8,133.5 ton) akan dapat selamat dari krisis hutang yang memuncak bulan lalu, ternyata kenyataannya tidak.  Cadangan emas mereka terlalu kecil untuk dapat menutup hutang-hutangnya yang menggunung, berikut adalah penjelasan saya untuk merespon banyaknya pertanyaan mengenai hal ini.

Untuk penjelasannya, saya menggunakan data sekunder dari empat sumber yaitu IMF, World Gold Council , BI dan CIA Fact Book. Hasilnya saya tabulasikan secara sederhana pada table dibawah.

Cadangan Emas, Hutang Luar Negeri dan Cadangan Devisa

Gold, Debt and Reserve

Amerika memiliki cadangan emas terbesar dunia yaitu 8,133.5 ton atau kurang lebih setara dengan sekitar US$ 484 Milyar dengan asumsi harga emas saat ini US$ 1,830/Ozt. Ini kurang lebih setara dengan 338.46% foreign exchange reserve mereka, di datanya CIA atau IMF diperkirakan hanya 74.7 % dari reserve karena harga emasnya belum di revaluasi sesuai harga yang up to date. Dibandingkan dengan reserve mereka seolah cadangan emas ini memang sangat besar, namun angka cadangan emas yang sangat besar ini ternyata sama sekali tidak memadai dibandingkan dengan hutang mereka yang berada di angka US$ 13.98 trilyun.  Cadangan emas mereka ini bila dipakai membayar hutang hanya cukup untuk membayar 3.46 % dari hutang mereka !. Bahkan bila ditambahkan dengan reserve-nya, Amerika hanya bisa melunasi 4.48% dari hutangnya dengan seluruh emas yang dimiliki plus foreign exchange reserve-nya.

Baca Selengkapnya »Banyak Emas Tetapi (Terancam) Bangkrut, Kok Bisa?

Devisaku Tabunganku

Harian Kompas kemarin (12/05/11) memberikan kabar baik bagi perekonomian Indonesia dengan mengutip pernyataan Gubernur BI bahwa “Neraca pembayaran kita tetap sehat dan surplusnya selalu besar dua tahun ini”. Bahkan cadangan devisa kita telah meningkat lebih dari 100 % dari  US$ 56.92 Milyar (2007) menjadi US$ 115.8 Milyar (Mei, 2011). Cadangan devisa ini seperti hasil kerja keras kita , sebagian kita konsumsi – kelebihannya kita taruh di tabungan untuk kebutuhan sewaktu-waktu. Kalau tabungan kita banyak, maka kita siap menghadapi berbagai keperluan mendadak. Demikian pula dengan cadangan devisa negara, bila cadangan devisa kita naik mestinya daya tahan ekonomi kita juga membaik.

Tidak ada yang salah dengan kenaikan cadangan devisa tersebut dan kita semua tentu gembira dengan kabar baik semacam ini yang jarang-jarang kita terima. Hanya saja kita juga harus sadar bahwa kenaikan cadangan devisa tersebut adalah diukur dengan nilai mata uang US$ yang kinerjanya runyam dalam dua tahun terakhir.

Untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari kekuatan cadangan devisa yang kita miliki, akan lebih objektif  bila kita mengukurnya dengan daya beli riil dari ‘tabungan’ devisa kita tersebut. Lantas dengan apa kita mengukurnya ?, bisa dengan harga beras, harga gandum, harga minyak dlsb. Saya sendiri cenderung menggunakan harga emas untuk mengukur kekuatan devisa atau tabungan kita tersebut karena tiga alasan.

Baca Selengkapnya »Devisaku Tabunganku

Inflasi Itu Seperti Ember Bocor

Semasa kecil di kampung, saya biasa mengisi kulah (bak tempat penampungan air) dengan cara menimba air dari sumur. Alat timba di jaman itu berupa bambu panjang yang diujungnya diikatkan ember dari seng.  Karena usia ember seng yang tua dimakan karat – maka emberpun tidak lagi utuh – jadi ada kebocoran disana-sini.  Setiap kali ember saya masukkan ke-kedalaman sumur dan terisi air penuh, segera saya tarik keatas ember tersebut – dan menuangkan airnya secepat mungkin ke kulah. Bila mengangkat embernya kurang cepat, maka air akan habis di perjalanan dari dasar sumur ke permukaan kulah karena kebocoran tersebut. Tentu bekerja semacam ini sangat melelahkan dan tidak efisien karena begitu banyak air yang tidak sampai ke kulah.

Tanpa kita sadari, sesungguhnya rata-rata kita juga bekerja seperti menimba air dengan ember bocor tersebut. Begitu keras kita bekerja, sebagian hasilnya kita tabung untuk hari tua, untuk membayar dana pensiun, membayar asuransi pendidikan, kesehatan dlsb. tetapi ternyata begitu banyak pula yang ‘terbuang’ dalam perjalanannya karena faktor inflasi.

Ironinya yang menguras ‘kulah’ tabungan hari tua kita ini bukan hanya inflasi yang terjadi terhadap Rupiah, tetapi juga inflasi mata uang negara lain yang seharusnya tidak ada hubungannya dengan kerja keras kita – yaitu US$. Karena pengalaman buruk dengan Rupiah tahun 1997/1998, sebagian orang yang punya uang mengalihkan simpanannya dalam US$ – bentuknya bisa berupa tabungan, deposito, asuransi dlsb.

Baca Selengkapnya »Inflasi Itu Seperti Ember Bocor

Malcare WordPress Security