Lompat ke konten
Home » pelemahan rupiah

pelemahan rupiah

Kisah Uang Pensiun Yang Tidak Segera Habis

Cerita ini saya adopsi dari pengalaman salah satu nasabah Gerai Dinar. Tahun 2008 ketika dia berusia 65 tahun sudah merasa sangat lelah dengan pekerjaannya, dia ingin istirahat tidak lagi bekerja namun juga tidak ingin menjadi beban orang lain. Pada saat yang bersamaan dia ingin tabungannya mampu melawan inflasi sehingga dapat menopang kebutuhan hidupnya sampai akhir hayat. Yang dia lakukan ini bisa menjadi contoh bagi para pensiunan lainnya.

Pada pertengahan Oktober 2008 ketika harga Dinar berada di Rp 1,197,000 dia mengkonversi sebagian tabungan dan dana pensiunnya menjadi 1,000 Dinar atau setara Rp 1,197,000,000 saat itu. Sebagian yang lain dia pertahankan dalam Rupiah dan Dollar karena akan dipakai untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan jangka pendek lainnya.

Baca Selengkapnya »Kisah Uang Pensiun Yang Tidak Segera Habis

Daya Beli Uang Kertas Bisa Mendekati Angka Nol, Tetapi Tidak Pernah Benar-Benar Sampai Angka Nol

Ketika Presiden Nixon mengumumkan pengingkaran Breton Woods Agreement 15 Agustus 1971, saat itu harga big burger di Amerika dan Eropa berkisar antara 15 – 25 cent Dollar dan harga kambing qurban yang baik di Indonesia berada di kisaran Rp 2,300. Kini 40 tahun kemudian harga big burger dalam kisaran US$ 4.5 – US$ 7.2 di Amerika dan di Eropa, sedangkan harga kambing qurban yang baik di kisaran Rp 1.6 juta. Dalam rentang 40 tahun bila dibeli dengan Dollar harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan sekitar 30 kali di Amerika dan Eropa, sedangkan di Indonesia kita mengalami kenaikan harga dalam Rupiah di kisaran 700 kali dalam rentang waktu yang sama.

Dengan penurunan daya beli yang begitu dasyatnya selama usia kita saja tersebut, lantas apakah era uang kertas akan segera berakhir ?. Ternyata kemungkinannya tidak demikian. Paling tidak secara matematis, uang kertas bisa berusia sangat panjang !. Sekali lagi saya coba gunakan persamaan matematika untuk menduga usia uang kertas ini, hasilnya persamaan yang paling mendekati ternyata persamaan pangkat negatif seperti pada grafik dibawah.

USD Buying Power

USD Buying Power

Baca Selengkapnya »Daya Beli Uang Kertas Bisa Mendekati Angka Nol, Tetapi Tidak Pernah Benar-Benar Sampai Angka Nol

Ketika Presiden Amerika Menggantikan Bonanza

Pada awal tahun 1970-an ketika televisi di rumah saya di kampung masih ditonton orang sekampung, penonton selalu mbludak pada saat penayangan film cowboy Bonanza. Ternyata bukan hanya di Indonesia, di negeri asalnya sendiri – Amerika – serial televisi tersebut juga sangat popular. Maka, mumpung mayoritas orang Amerika lagi di depan televisi – pada suatu malam di tanggal 15 Agustus 1971 – Presiden Amerika waktu itu Richard  Nixon – muncul menggantikan episode Bonanza yang di tunggu-tunggu rakyat Amerika.

Pesan penting yang disampaikan Nixon waktu itu ternyata tidak hanya mengejutkan rakyat Amerika – tetapi juga mengguncang ekonomi dunia – sehingga sampai saat ini kejadian tersebut dikenal sebagai Nixon Shock – kejutan Nixon. Sejak saat itulah Dollar yang seharusnya bisa bebas ditukar kembali dengan emas dengan nilai tukar  di kisaran US$ 35 – US$ 40 /Oz, menjadi tidak bebas lagi dan tidak ada lagi patokan nilai penukarannya. Pelepasan kaitan US$ dengan emas inilah yang kemudian merombak secara total tatanan keuangan dunia dan melambungkan harga emas hingga kini.

Selama 40 tahun sejak kaitan US$ dan emas dilepas, harga emas-pun melonjak sekitar 40 kali-nya yaitu dari US$ 35/Oz ke US$ 1,400/Oz. Namun bukan hanya kenaikan harga emas dalam jangka panjang ini saja yang diubah oleh kemunculan Nixon yang menggantikan Bonanza tersebut diatas, tetapi secara filosofi uang dunia telah berubah total dari sesuatu yang riil menjadi sesuatu yang semu.

Baca Selengkapnya »Ketika Presiden Amerika Menggantikan Bonanza

Ketika US$ Jatuh, Apa Yang Terjadi Dengan Rupiah dan Harga Emas?

Akhir September lalu ketika harga emas dunia mendekati angka psikologis US$ 1,300/Oz saya menulis tentang “Harga Emas : Tinggi Tetapi Tidak Ketinggian…”. Kini satu setengah bulan kemudian harga emas dunia terus melambung, jauh melewati angka psikologis US$ 1,300/Oz tersebut dan bisa jadi sedang menuju angka psikologis berikutnya. Mengapa seolah harga emas dunia ini begitu predictable ?, selain karena statistiknya begitu nyata, perilaku manusia-manusia yang mengendalikan daya beli US$ ini begitu mudah dibaca.

Jauh hari sebelum Quantitative Easing tahap 2 benar-benar diputuskan pekan lalu misalnya, pasar sudah menduganya – bahkan sampai ke angkanya yang hanya meleset sedikit (pasar menduga di kisaran US$ 500 Milyar, yang diputuskan  US$ 600 Milyar ). Jadi gejala jatuhnya daya beli US$ ini sebenarnya adalah terang benderang seterang siang hari, apalagi apabila dilihat dari kaca mata Qur’ani yang memang sudah menjanjikan akan dimusnahkannya Riba (QS 2 : 176).

Lantas bila jatuhnya daya beli US$ begitu nyata, apakah kita bisa melihat jatuhnya daya beli Rupiah ?. Tidak semua orang mungkin bisa melihat bahwa daya beli Rupiah juga sedang jatuh. Ini adalah karena adanya bias alat ukur, yaitu bila Rupiah diukur dengan US$ – maka nilai tukar Rupiah yang saat ini (08/11/2010) berada di kisaran Rp 8,900/US$ – kelihatan Rupiah seolah lagi perkasa. Mobil yang lagi berjalan mundur akan kelihatan berjalan maju, bila dilihat dari mobil lain yang berjalan mundur lebih cepat.

Baca Selengkapnya »Ketika US$ Jatuh, Apa Yang Terjadi Dengan Rupiah dan Harga Emas?

Malcare WordPress Security