Lompat ke konten
Home » Dinaria Episode 009 : Memimpin Melalui Contoh

Dinaria Episode 009 : Memimpin Melalui Contoh

Suatu hari Sang Pemimpin kedatangan utusan dari wilayah yang jauh yang tidak puas dengan pemimpin daerah atau gubernur-nya. Utusan-utusan daerah ini mengungkapkan kekesalannya : “Wahai Sang Pemimpin, kami mengadukan nasib kami yang didhalimi oleh gubernur kami. Dia mengambil lahan kami dengan alasan untuk pembangunan, dia tidak membayar kami kecuali dengan uang yang sedikit. Dia menerapkan pajak yang berlebihan kepada kami sehingga pendapatan kami selalu tidak cukup. Dia tidak membangun pasar untuk kami sehingga kami tidak bisa melakukan jual beli secara maksimal. Dia tidak membuat pengairan untuk lahan kami sehingga produktifitas pertanian kami sangat rendah. Dia tidak membuat sekolah-sekolah yang baik dan terjangkau sehingga anak-anak kami tidak terdidik.  Dia tidak menjaga daerah kami sehingga banyak perampokan dan kejahatan di daerah kami…”.

Mendengar sumpah serapah rakyatnya yang menjerit karena kedhaliman pemimpin di daerahnya ini, Sang Pemimpin tidak langsung mengambil tindakan ataupun memberi jawaban. Sang pemimpin hanya meyampaikan : “Wahai rakyatku yang mengadu, aku terima aduan kalian ini – tetapi aku belum bisa memberikan jawaban ke kalian ataupun tindakan apa yang akan aku lakukan. Maka kembalilah kalian menemuiku satu bulan sejak sekarang”.

Setelah para utusan tersebut pergi, Sang Pemimpin mengunci kantornya untuk menyendiri berhari-hari. Dia merenungkan apa yang disampaikan oleh rakyatnya tersebut dan berkata pada dirinya sendiri : “bagaimana aku bisa menegur gubernurku, bila aku sendiri tidak yakin dapat memperbaikinya ?”.

Maka selama beberapa minggu kemudian, Sang Pemimpin bekerja keras untuk memperbaiki kondisi rakyat di wilayah tempat Sang Pemimpin tinggal. Dia meneliti apakah rakyatnya ada yang diambil hak tanahnya tanpa dibayar secara wajar. Dia memeriksa apakah rakyatnya dibebani pajak yang memberatkan. Dia memeriksa pasar-pasar yang ada apakah sudah memberikan peluang yang sama pada rakyatnya. Dia memeriksa pengairan apakah sudah sesui dengan peruntukannya. Dia memeriksa sekolah-sekolah apakah sudah memberikan akses pendidikan yang cukup bagi rakyat di wilayahnya. Dia memeriksa kemanan wilayahnya dang mengecek langsung apakah rakyatnya merasa aman.

Maka ketika sebulan kemudian utusan-utusan dari daerah yang jauh tersebut kembali menemuinya, Sang Pemimpin menjawab : “Aku sedang memanggil gubernur kalian untuk mengingatkannya.  Bila panggilanku kepadanya belum sampai, aku titipkan pada kalian surat panggilan kedua agar panggilan ini benar-benar sampai kepadanya”.

Lalu dari sebagian utusan tersebut mempertanyakan langkah Sang Pemimpin : “Mohon maaf tuan, tetapi mengapa hanya untuk memanggil gubernur kami tuan harus meminta kami menunggu satu bulan ?, bukankah ini membuang-buang waktu dan memperpanjang penderitaan kami ?”.

Dengan bijak Sang Pemimpin menjawab : “Bila gubernur kalian aku panggil sebulan yang lalu, aku belum bisa memberinya contoh apa yang mestinya dilakukan. Aku memang memanggilnya sebulan terlambat, tetapi sekarang aku bisa memberinya contoh langsung sehingga tidak ada alasan baginya untuk kembali men-dhalimi kalian semua.

Baca Selanjutnya
Dinaria Episod 004 : Pidato Di PBB

Setelah surat panggilan sampai di tangan gubernur; sang gubernur ini bergegas menemui Sang Pemimpin. Sang Pemimpin tidak menasihatinya melalui ucapan, tetapi diajaknya sang gubernur ini keliling wilayah yang secara langsung dalam pengawasan Sang Pemimpin. Diajaknya melihat bagaimana jalan dibangun dan didanai, bagimana pasar dikelola, bagaimana pembagian air irigasi diatur, bagimana sekolah-sekolah di danai dan di kelola, serta bagaimana keamanan dijaga.

Setelah itu Sang Pemimpin menyampaikan : “Buat daerahmu seperti apa-apa yang baru kamu lihat tadi, dalam satu bulan aku akan berkunjung kesana dan aku ingin melihatnya !”.

Sepulang kembali ke daerahnya sang gubernur mengumpulkan seluruh aparatnya untuk segera melaksanakan apa yang baru dilihatnya dengan Sang Pemimpin.  Karena semua contohnya jelas, tidak sulit bagi gubernur ini untuk membuat perubahan besar di daerahnya dalam waktu satu bulan yang diberikan oleh Sang Pemimpin.

Ketika sebulan kemudian Sang Pemimpin berkunjung ke daerah tersebut , sebelum ketemu gubernurnya Sang Pemimpin mendahulukan menemui para utusan yang pernah datang ke kantornya – untuk memeriksa apakah gubernurnya benar-benar melaksanakan contoh yang telah dia berikannya. Dia memperoleh jawaban yang menggembirakan bahwa semuanya kini berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh rakyat yang semula merasa terdzalimi tersebut.

Namun dalam perjalanan lanjutan untuk menemui sang gubernur, ditengah jalan Sang Pemimpin dihadang dan dicaci maki oleh sekelompok orang. Sang Pemimpin sambil tersenyum hanya menjawab : “Semoga kebaikan untuk kalian semua hari ini…!” , kemudian dia melanjutkan perjalanannya.

Sesampainya di kantor gubernur, Sang Pemimpin menyampaikan apa yang dilihatnya : “yang baik jelas nampak, demikian pula yang buruk”. Kemudian melanjutkan “Daerah kalian selama ini tidak makmur dan rakyat merasa terdzhalimi karena ada sekelompok orang yang mempermainkan tanah mereka, yang korup, yang opportunis dan gemar mengambil hak orang lain.”

Sang gubernur penasaran, “ dari mana tuan tahu adanya mereka ini ?”. Sang Pemimpin menjawab, “yang buruk itu gerah dengan kebaikan, maka dia akan selalu menampakkan diri karena berusaha menghalangi kebaikan.”  Lalu dia melanjutkan “carilah orang-orang yang menghadang saya di jalan tadi, carilah tuan-tuan mereka dan awasi apa pekerjaan mereka semua”.


Komentar ditutup.

Malcare WordPress Security