Skip to content
Home » Bretton Woods Agreement

Bretton Woods Agreement

The Death of Money

Judul tulisan ini saya ambilkan dari buku yang terbit sekitar tiga bulan lalu karya penulis best seller James Rickards. Judul lengkap buku tersebut adalah The Death of Money – The Coming Collapse of The International Monetary System. Menurut si penulis ini system moneter internasional telah gagal setidaknya tiga kali sepanjang abad lalu yaitu tahun 1914, 1939 dan 1971. Sedangkan kegagalan berikutnya dia katakan sebagai maelstrom to come – peristiwa yang cepat sekali datangnya !

Kegagalan system moneter tahun 1914 di-trigger  oleh Perang Dunia I yang kemudian diikuti oleh hyperinflation dan depression  antara tahun 1919 sampai 1922. Kegagalan tahun 1939 juga disebabkan oleh perang yaitu Perang Dunia II dan baru sembuh ketika dunia menyepakati Bretton Woods Systems di akhir PD II – ketika system keuangan dunia dikaitkan langsung dengan emas.

Baca Selengkapnya »The Death of Money

Daya Beli Uang Kertas Bisa Mendekati Angka Nol, Tetapi Tidak Pernah Benar-Benar Sampai Angka Nol

Ketika Presiden Nixon mengumumkan pengingkaran Breton Woods Agreement 15 Agustus 1971, saat itu harga big burger di Amerika dan Eropa berkisar antara 15 – 25 cent Dollar dan harga kambing qurban yang baik di Indonesia berada di kisaran Rp 2,300. Kini 40 tahun kemudian harga big burger dalam kisaran US$ 4.5 – US$ 7.2 di Amerika dan di Eropa, sedangkan harga kambing qurban yang baik di kisaran Rp 1.6 juta. Dalam rentang 40 tahun bila dibeli dengan Dollar harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan sekitar 30 kali di Amerika dan Eropa, sedangkan di Indonesia kita mengalami kenaikan harga dalam Rupiah di kisaran 700 kali dalam rentang waktu yang sama.

Dengan penurunan daya beli yang begitu dasyatnya selama usia kita saja tersebut, lantas apakah era uang kertas akan segera berakhir ?. Ternyata kemungkinannya tidak demikian. Paling tidak secara matematis, uang kertas bisa berusia sangat panjang !. Sekali lagi saya coba gunakan persamaan matematika untuk menduga usia uang kertas ini, hasilnya persamaan yang paling mendekati ternyata persamaan pangkat negatif seperti pada grafik dibawah.

USD Buying Power

USD Buying Power

Baca Selengkapnya »Daya Beli Uang Kertas Bisa Mendekati Angka Nol, Tetapi Tidak Pernah Benar-Benar Sampai Angka Nol

Harga Emas: Maukah Anda Terlibat Dalam Pembiayaan Perang?

Beberapa pekan ini dunia dihantui ancaman perang yang cukup serius di semenanjung Korea. Meskipun yang berseteru hanya dua saudara yang seharusnya serumpun, bila perang ini benar-benar pecah dalam skala yang lebih besar dampaknya akan merembet ke seluruh dunia. Bukan hanya karena masing-masing Korea (Utara dan Selatan) di back-up oleh kekuatan-kekuatan militer besar dunia, tetapi dalam era informasi  ini – pasar mudah sekali terguncang oleh berbagai isu – apalagi bila isu itu berupa perang besar yang melibatkan kekuatan-kekuatan besar. Nah bagaimana (ancaman) perang ini akan berpengaruh langsung pada harga emas dunia ?.

Ada dua sisi dimana harga emas akan terdorong langsung oleh (ancaman) perang. Sisi pertama adalah yang bersifat psikologi pasar sedangkan yang kedua adalah biaya perang itu sendiri.

Ketika perang masih bersifat ancaman-pun, pasar sudah akan bergejolak hari demi hari. Pasar akan merasa tidak aman sehingga akan ada kebutuhan tempat berlabuh investasi yang lebih aman, emas adalah salah satunya.  Kenaikan kebutuhan emas untuk safe haven ini tentu akan mendorong harga naik karena supply emas relatif tidak bertambah. Pendorong yang bersifat psikologis ini sifatnya sementara, maka dampaknya pada naik turunnya harga emas juga sementara.

Yang lebih serius dampaknya dan bersifat jangka panjang adalah biaya perang itu sendiri. Bagaimana negara-negara membiayai perang, ini yang menarik untuk di cermati.

Baca Selengkapnya »Harga Emas: Maukah Anda Terlibat Dalam Pembiayaan Perang?

Akhir Currency War: Antara Resi Bisma dan Dewi Srikandi?

Di malam menjelang perang Baratayudha terjadi, pasukan-pasukan dari pendukung Pandawa maupun Kurawa berkumpul di padang Kurusetra.  Sebenarnya tidak semua orang ingin berperang, hati mereka bergetar dan bertanya-tanya mengapa perang harus terjadi ?. Resi Bisma yang dihormati oleh kedua belah pihak-pun sebenarnya berusaha mencegah perang, dia berusaha membagi tanah Astina dengan adil agar tidak terjadi perang – namun usulan agar Indraprasta dikembalikan ke Pendawa ditolak oleh Kurawa – maka demikianlah cerita perang Baratayudha tersebut dimulai.

Membaca berita-berita financial dunia akhir-akhir ini mengingatkan saya pada cerita tentang perang Baratayudha tersebut diatas yang dahulu suka saya baca sewaktu sekolah. Banyak sekali kemiripannya, bahkan suasana malam di Kurusetra menjelang peperangan tersebut seolah kini hadir dengan ‘Kurusetra’-nya berupa seluruh wilayah bumi.

Pidato gubernur bank sentral Inggris dihadapan para pengusaha menjelang keberangkatannya ke pertemuan para menteri keuangan G 20 akhir pekan ini misalnya mirip dengan kegundahan hati prajurit yang hadir di Kurusetra. Kepada para pebisnis yang berkumpul dia menyampaikan dampak dari currency warsetiap negara akan menderita kehancuran sebagai konsekwensinya…”.

Lantas siapa yang menjadi Resi Bisma ?, saya melihat Dollar paling pas dengan lakon Resi Bisma ini. Dia dihormati (baca : digunakan) oleh seluruh negara, tetapi ketika perang Baratayudha pecah dia menjadi panglima perang Kurawa. Meskipun sudah tua, dia sempat membuat prajurit Pendawa kucar-kacir. Ini mirip dengan kondisi negara-negara di dunia yang saat ini diombang-ambingkan oleh permainan nilai Dollar.

Baca Selengkapnya »Akhir Currency War: Antara Resi Bisma dan Dewi Srikandi?

Malcare WordPress Security