Lompat ke konten
Home » krisis ekonomi

krisis ekonomi

Bila Rupiah (Terus) Melemah

Bagi yang mengamati harga Dinar/Emas hari ini, barangkali Anda terkejut dengan kenaikannya yang mencapai sekitar Rp 50,000/Dinar pada harga siang – padahal harga emas internasionalnya lagi menurun. Ini tidak lain karena melemahnya Rupiah yang terus berlanjut yang terjadi sejak dua hari lalu. Pada saat artikel ini saya tulis misalnya, Rupiah menyentuh angka Rp 8,950/US$ di pasar internasional yang juga dapat diikuti di rate yang kami tampilkan secara real time di situs ini. Mengapa kok tiba-tiba Rupiah melemah ?

Masalah bahwa Rupiah akan melemah ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan karena dalam situasi krisis ekonomi yang melanda negara-negara maju saat ini – Indonesia pasti kena dampaknya. Demand import mereka menurun – maka export Indonesia juga akan menurun. Pasar yang mengecil diperebutkan banyak pemain, yang tidak kuat pasti juga akan mendapatkan kue pasar export yang lebih kecil.

Bahkan bila Rupiah tetap perkasa, kemungkinan memperoleh kue export-nya akan lebih kecil lagi karena produk-produk kita menjadi kurang bersaing. Jadi penurunan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang memang lagi mulai menguat ini – lihat grafik dibawah, tidak sepenuhnya buruk bagi ekonomi Indonesia.

 

Tren Mata Uang dalam Rupiah, US Dolar, Yen dan Euro

Currency Trend IDR, USD, JPY and EUR

Baca Selengkapnya »Bila Rupiah (Terus) Melemah

Hidup Bersama Angsa Putih Bernama Krisis Ekonomi

Akhir pekan kemarin buku yang selesai saya baca berjudul Crisis Economics : A Crash Course In The Future of Finance ( The Penguin Press, New York 2010). Penulis utamanya  adalah ekonom kondang Amerika Nouriel Roubini yang pernah mengisi jabatan penting di gedung putih dan departemen keuangan Amerika semasa kepresidenan Bill Clinton. Roubini juga beberapa kali menjadi pembicara utama dalam forum ekonomi yang paling bergengsi di dunia yaitu World Economic Forum di Davos – Swiss, jadi nampaknya dia tahu betul apa yang ditulisnya di buku ini. Dalam bukunya kali ini dia didampingi oleh sejarawan ekonomi Stephen Mihm, untuk menguatkan isi bukunya dalam konteks sejarah ekonomi.

Roubini's Book on Crisis Economics

Roubini’s Book on Crisis Economics

Poin yang sangat menarik bagi saya dari buku ini adalah pendapat Roubini yang menyatakan bahwa krisis ekonomi bagi Roubini adalah bukan hal yang langka terjadi – dia menggambarkan nya sebagai angsa putih atau white swans – yaitu hal yang sudah seharusnya terjadi – angsa memang seharusnya berwarna putih !. Hal ini berbeda dengan pandangan ekonom pada umumnya yang menganggap bahwa krisis ekonomi adalah hal yang langka terjadi – hal yang tidak seharusnya atau tidak biasa terjadi yang sering dikiaskan dengan angsa hitam atau black swans – angsa tidak seharusnya berwarna hitam !.

Mengapa krisis ini terjadi dan terjadi lagi ?, penyebabnya selalu sama menurut Roubini yaitu ketika terjadi gelembung (bubble) maka selanjutnya pasti akan terjadi ledakan (bust) – namun ini mudah sekali dilupakan oleh para pelakunya. Seperti kita meniup balon, makin lama makin membesar dan kita tahu pada suatu titik pasti meledak – tetapi tetap saja balon tersebut terus kita tiup – maka pada suatu titik dor…!, orang tersentak, terkejut dan bertanya-tanya kok bisa ya ini terjadi ?. Padahal ketika meniupnya terus dan terus – seharusnya dia sudah tahu (ledakan ) ini pasti terjadi !.

Baca Selengkapnya »Hidup Bersama Angsa Putih Bernama Krisis Ekonomi

Menduga Masa Depan Harga Emas Dari Neraca Perdagangan

Ketika krisis moneter melanda negeri ini tahun 1997/1998, ekonomi kita seperti luluh lantak. Pemutusan hubungan kerja meraja lela, banyak perusahaan yang harus tutup dan bahkan sampai kini Anda masih bisa menyaksikan korbannya berupa kota hantu di daerah Sentul.  Suatu komplek yang semula direncanakan menjadi komplek perumahan mewah, semasa krisis moneter ditinggalkan pengembang dan calon pembelinya dengan menyisakan puing-puing bekas penjarahan.  Namun obat yang begitu pahit bagi bangsa ini tersebut, ternyata menyembuhkan suatu penyakit kronis yang disebut defisit dalam neraca perdagangan.

Dari grafik di atas kita tahu bahwa selama belasan tahun sebelum krisis, Indonesia selalu mengalami defisit dalam neraca perdagangannya.  Hanya setelah krisis moneter melanda, tiba-tiba kita menjadi surplus hingga kini. Lho kok bisa ?. Apakah industri kita lebih efisien sehingga lebih mampu bersaing dengan pasar global ?, apakah kita ada inovasi teknologi baru ?, produk ekspor unggulan baru ?, pasar tujuan ekspor baru ?. Tidak juga demikian !.

Kita menjadi tiba-tiba mampu bersaing karena nilai uang kita menjadi sangat rendah bila dibandingkan dengan rata-rata nilai daya beli uang negara-negara lain. Bila gaji buruh, pegawai dan bahkan direksi tiba-tiba nilainya tinggal seperempatnya karena nilai mata uang kita yang jatuh (1998); demikian pula dengan ongkos kandungan local dari industri-industri kita – pastilah produk-produk ekspor kita menjadi sangat kompetitif dari sisi harga.

Dari pengalaman Indonesia men-terapi penyakit kronisnya tersebut; kita tahu bahwa secara efektif kita bisa sembuh dari penyakit kronis defisit neraca perdagangan melalui kejatuhan nilai mata uang Rupiah kita.

Baca Selengkapnya »Menduga Masa Depan Harga Emas Dari Neraca Perdagangan

Malcare WordPress Security